“Tidaklah seorang anak lahir melainkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Muslim)
Rasulullah saw. telah menyampaikan kepada kita bahwa setiap anak dilahirkan adalah keadaan fitrah, suci, bersih, dan tidak berdosa. Orang tualah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau pun Majusi. Artinya bahwa anak lahir dalam keadaan suci dan tidak berdaya, masih sangat tergantung kepada kedua orang tuanya. Maka, peran kedua orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Kedua orang tua harus siap menjadi pendidik dan pembimbing bagi anak-anak, memberikan keteladanan bagi anak-anaknya.
Anak merupakan amanah bagi orang tua. Hatinya yang suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apa pun dan condong pada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat. Tetapi, jika ia dibiasakan kejelekan, niscaya akan menjadi jahat dan binasa.
Orang tua tidak hanya cukup memberikan atau memenuhi kebutuhan fisik bagi anak berupa sandang, pangan, dan papan. Tetapi orang tua harus memberikan atau memenuhi kebutuhan ruhiyah anak-anaknya dan menguatkan pemikiran anak-anaknya sehingga terbentuk kepribadian anak yang khas. Hal-hal baik yang biasa diucapkan dan dilakukan orang tua menjadi teladan utama bagi putra-putri anggota keluarga. Ironisnya, banyak anak-anak yang tak bisa lagi meneladani orang tuanya sendiri karena orang tuanya tak lagi memiliki waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi, tak ada waktu lagi untuk menikmati kebersamaan keluarga.
Padahal keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan, karena keluarga (orang tua) merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama, di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak yang akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang. Karena keluarga merupakan batu fondasi bangunan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan generasi Islam yang berkualitas, generasi yang memiliki kepribadian Islam yang kuat.
Konsep Kepribadian yang Harus Dipahami Ayah bunda
Sudah selayaknya setiap orang tua muslim selalu mengharapkan agar anak-anaknya kelak memiliki kepribadian Islam. Karenanya, sejak dini orang tua memberikan keteladanan kepada anak-anaknya. Agar proses berjalan baik, tentu saja para orang tua harus memahami betul bahwa kepribadian bukanlah dinilai dari nilai-nilai fisik pada diri seseorang, juga bukan pada kebiasaan atau keturunannya. Kepribadian sebenarnya adalah perwujudan dari pola pikir (yakni bagaimana ia berpikir) dan pola sikap (bagaimana ia bersikap atau bertingkah laku). Sedangkan kepribadian Islam adalah bagaimana ia berpikir dan bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan pandangan Islam.
Di sinilah sesungguhnya peran penting orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya, bagaimana keduanya selalu menjadikan Islam sebagai pijakan dalam berpikir dan mengarahkan kecenderungan-kecenderungannya. Hal ini akan tampak ketika orang tua mengarahkan anak-anaknya atau berdiskusi bersama, maka Islamlah yang menjadi pemutus, bukan hawa nafsu. Demikian halnya dalam bertingkah laku, maka seluruhnya harus berdasarkan Islam. Apa yang tampak dan dilakukan oleh orang tua akan dicontoh oleh anak-anak, terlebih ketika mereka belum baligh.
Dengan pemahaman yang benar tentang kepribadian ini, akan memudahkan pula bagi orang tua untuk meningkatkan kekuatan kepribadian dirinya dan anak-anaknya dengan terus menambah tsaqafah Islamnya dan wawasannya dengan banyak berdiskusi dengan anak-anaknya. Demikian pula meningkatkan pola sikapnya dengan semakin meningkatkan takarub kepada Allah, seperti membaca Al-Qur’an bersama, shaum sunah bersama dan sebagainya. Ini semua di samping akan menguatkan kepribadian Islam anggota keluarga juga akan semakin meningkatkan hubungan baik di antara anggota keluarga. Bahkan akan menguatkan keteladanan orang tua bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu Rasulullah saw. memerintahkan kita mengajarkan mereka di usia awal hingga mumayyiz dan menjelang baligh dengan cerita-cerita dan keteladanan, terlebih keteladanan yang dicontohkan oleh orang tua. Demikian pula berkaitan dengan adab, di sinilah peran penting ayah bunda memberikan contoh terbaik bagi anak-anaknya. Bagaimana menghormati orang tua, kakek neneknya, orang yang lebih tua, sayang kepada yang lebih kecil, bagaimana cara makan yang baik, selalu memulai aktivitas dengan berdoa, dan sebagainya.
Lalu, apa yang harus dilakukan para orang tua, ayah dan ibu, sehingga ia bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya dan selanjutnya akan terbentuk kepribadian yang khas bagi anak-anaknya?
Keteladanan Orang Tua Membentuk Kepribadian Anak
Kepribadian anak tidak akan sempurna kecuali jika diarahkan, dibina, dan dibimbing dari segala aspeknya. Masa kanak-kanak mempunyai keistimewaan berupa kelenturan, kesucian, dan fitrah, di mana pada masa ini seseorang dapat menanamkan hal-hal baik dalam jiwanya. Jika dibangun dengan penjagaan, bimbingan, dan arahan yang baik, ia akan menjadi sosok yang kokoh kepribadiannya. Di sinilah peran penting orang tua untuk menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Setidaknya, ada lima hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua, yaitu:
Pertama, Senantiasa menjadikan Islam dan syariatnya sebagai panduan dan solusi terhadap seluruh permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan penanaman akidah, kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya, Al-Qur’an, dan hadis-hadis Rasul harus dilakukan sejak dini. Dengan demikian, halal-haram dijadikan landasan dalam berbuat, bukan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya orang tua untuk menguatkan pemahaman Islam di tengah-tengah anggota keluarga. Ketika Islam dijadikan sebagai rujukan, maka keluarga memiliki patokan yang jelas dan tegas dalam menilai segala sesuatu. Dan ketika syariat Islam dijadikan sebagai pijakan ketika menghadapi masalah, maka inilah yang akan menguatkan kepribadian seluruh anggota keluarga dan juga keberkahan dan ketenteraman akan senantiasa tercurah bagi keluarga kita.
Kedua, Kita sebagai orang tua harus memberikan contoh yang benar kepada anak-anak anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berpikir, dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan sehari-hari. Orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi putra-putri kita. Keluarga adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan yang disaksikan dan dialami oleh seorang anak dari orang tuanya maka secara langsung atau pun tidak langsung akan terekam dalam pikiran, bahkan sangat mungkin akan diikuti atau ditiru oleh anak-anak kita.
Aktivitas-aktivitas ini bisa dilakukan bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga, semisal kebiasaan salat lima waktu tepat waktu, salat berjemaah keluarga, belajar dan membaca Al-Qur’an, kajian keislaman, bahkan juga ketika melakukan berbagai kegiatan bersama di rumah seperti berdiskusi, membersihkan rumah, berkebun, dan sebagainya. Di sinilah kesempatan berinteraksi satu sama lain, orang tua bisa mengajarkan adab, sopan-santun, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong, dan akhlak terpuji lainnya.
Ketiga, Dalam memberikan keteladanan sudah seharusnya ayah dan bunda satu frekuensi, memiliki penilaian dan ‘selera’ yang sama tentang sesuatu. Faktanya, kadang-kadang bahkan kerap terjadi ketika ada penilaian yang berbeda di antara ayah bundanya maka membuat anak bingung untuk memilih. Apakah mengikuti ayahnya atau mengikuti bundanya. Hal inilah yang harus dihindari oleh ayah bunda. Karenanya memang pada akhirnya komunikasi yang baik antara ayah dan bundanya menjadi penentu. Kerja sama antara ayah bunda pun harus terus diupayakan sehingga tidak terjadi kebingungan pada anak.
Keempat, Orang tua harus selalu konsisten dalam memberikan keteladanan kepada anak-anaknya hingga hal-hal yang sekecil-kecilnya. Kadang ketika kita tidak konsisten justru akhirnya akan merusak segalanya. Ibarat pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ketika kita memberi kelonggaran sedikit saja, keteladanan yang sebelumnya sudah kita bangun akan rusak sehingga harus mengulangnya dari awal. Sangat disayangkan.
Menjaga kedawaman sebuah aktivitas kadang memang tidak mudah, ada saja godaannya dan seringkali ada keinginan untuk melanggarnya. Di sinilah justru perjuangan ayah dan bunda akan diuji. Tetapi yakinlah dengan kita senantiasa berpijak kepada hukum Allah dan terus meningkatkan takarub kita kepada Allah, maka kita akan semakin diberi kemudahan untuk terus bisa berusaha konsisten.
Kelima, orang tua hendaklah mengenalkan sejak dini teladan terbaik umat Islam, Rasulullah Muhammad saw., menjelaskan sosok beliau sebagai utusan Allah Swt. dan menjadi panutan bagi umat Islam, dengan membacakan sirah Rasulullah kepada mereka. Sehingga anak-anak kita paham bahwa apa yang dibawanya adalah ajaran Islam yang harus dilaksanakan dan diterapkan secara kafah oleh umat Islam.
Demikian pula kita perlu juga menyampaikan para sahabat dan shahabiyat Rasulullah saw., sehingga mereka mengenal pula tokoh-tokoh teladan dalam Islam. Bagaimana kehidupan mereka dan bagaimana mereka hidup bersama-sama dengan Rasulullah saw. Internalisasi bacaan dan kisah-kisah ini pun akan membentuk pribadi berakhlak terpuji, sehingga pantas menjadi panutan bagi anak di samping menambah wawasan dan pengetahuan bagi anak-anak.
Khatimah
Tidak dapat kita pungkiri bahwa saat ini, sulit kita menemukan teladan di tengah-tengah kita, karenanya keluarga menjadi basis penting bagi anak untuk menemukan keteladanan, terutama dari ayah dan bundanya. Karenanya, orang tua sudah selayaknya menjadi figur pertama bagi anak untuk memenuhi kebutuhan ini, di samping kita pun terus menjelaskan sosok teladan terbaik, manusia pilihan –Rasulullah saw.– kepada mereka. Sehingga kelak anak-anak kita menjadi anak-anak yang memiliki kepribadian Islam yang kuat yang tidak mudah digoyahkan oleh kondisi zaman apa pun.
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua, para orang tua untuk mendidik anak-anak kita dan memberikan teladan kepada mereka sehingga kelak mereka lahir sebagai generasi berkualitas prima yang siap untuk memperjuangkan Islam di mana pun mereka berada, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. Wallahua’lam bishshawwab.