Informasi Pendaftaran Sekolah Tahun Ajaran Baru. Klik Di Sini

Membersamai Anak Dalam Menjalani Pola Hidup Sederhana

TK PAUD Sekolah Islami Kendari
sekolah kendari tk kendari

Pandemi yang telah berlangsung hampir dua tahun berdampak pada kesulitan ekonomi di sebagian besar masyarakat. Terlebih dengan gonta ganti kebijakan pemerintah yang ternyata tidak membuat keuangan keluarga menjadi lebih baik. Bahkan semakin banyak keluarga yang jatuh miskin.

Para ibu mungkin akan ekstra ketat dalam belanja keluarga. Pemenuhan kebutuhan keluarga pun akan dipilah pilih sesuai skala prioritas. Keluarga akan berhemat dan harus melaksanakan pola hidup sederhana.

“Nak, Islam mengajarkan kepada kita agar hidup sederhana.”

Sejatinya Islam telah mengajarkan pola hidup sederhana kepada setiap muslim. Tidak menunggu  tertimpa  kesulitan ekonomi baru keluarga menjalani hidup sederhana, dan sejak dini anak-anak muslim telah diajarkan bagaimana mereka hidup hemat dan sederhana, mencontoh Nabi Muhammad saw.

Allah SWT berfirman,  “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqan [25]: 67).

Hidup sederhana artinya cermat dalam membelanjakan harta atau hemat. Hidup sederhana dalam Islam merupakan akhlakul mahmudah atau akhlak terpuji.

Allah menyebut orang yang boros sebagai saudara setan sesuai firman-Nya, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. al-Isra [17]: 27).

Rasulullah saw. bersabda, “Makanlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah, dengan tidak berlebihan dan tidak angkuh.” (Hadis Sahih, Riwayat al-Nasa’i: 2512, Ibnu Majah: 3595, dan Ahmad: 6408).


Nabi Muhammad  Saw. Teladan Hidup Sederhana

Orang tua bisa bercerita kepada anak bagaimana Baginda Rasulullah saw. yang hidup sederhana. Agar anak tergambar, bahwa manusia mulia, kekasih Allah pun hidupnya sederhana.

Suatu hari Umar bin Khaththab ra. menemui Nabi saw. di kamar beliau. Kemudian Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk).

Tikar membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan kulit samakan membekas di kepala beliau.

Di salah satu sudut kamar Rasulullah saw. terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit). Maka, air mata Umar bin Khaththab ra. menetes dan ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi Nabi saw.

Kemudian Nabi saw.  bertanya sambil melihat air mata Umar ra. yang berjatuhan, “Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”

Umar ra.  menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai- sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!.”

Lalu Nabi saw. menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”. Umar ra. menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)


Anak Tinggal Bersama Keluarga yang Hidup sederhana

Mengajarkan dan bercerita saja tentu tidak cukup bagi anak untuk paham dan melaksanakan pola hidup sederhana. Sangat penting bagi anak jika dia juga melihat dan merasakan bagaimana seluruh anggota keluarga hidup hemat dan tidak boros.

Berawal dari orang tua yang membiasakan hidup hemat, sederhana dan tidak berlebihan.  Keluarga juga senantiasa bersyukur dengan harta yang ada pada mereka.

Dalam hal makanan dan pakaian, apalagi untuk pemenuhan kebutuhan pelengkap, orang tua benar-benar berhitung dalam memenuhinya.

Dengan kondisi keluarga seperti ini, anak bisa merasakan bagaimana terpenuhinya kebutuhan pokok seperti makan yang bergizi adalah prioritas. Bukan makan untuk memenuhi selera gharizah baqa’. Meminimalisir jajan yang tidak perlu, apalagi sekedar membeli mainan.

Meskipun pakaian juga kebutuhan pokok, namun jika pakaian yang ada masih layak pakai dan memenuhi ketentuan syariat maka tidak perlu anak merengek minta dibelikan pakaian baru.

Anak pun akan belajar bertanggung jawab dengan harta yang dimiliki, jika makan dihabiskan, mainan dipelihara dan tidak boros.

 Jika anak memiliki kelebihan harta, tidak segan dia membaginya kepada yang membutuhkan.

Orang tua senantiasa mengkomunikasikan kepada anak, mengapa ada skala prioritas. Keluarga selalu saling mengingatkan bahwa harta yang dimiliki hari ini akan dipertanggungjwabkan di hadapan Allah kelak di yaumil hisab.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal … tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan.” (HR. Tirmidzi no.2417).